PERAN MAHASISWA
DAERAH UNTUK WARISAN BUDAYA DAN PARIWISATA DAERAH
STUDI KASUS
FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA BANJARMASIN (FKMB) DI MALANG
MEMPROMOSIKAN EKSOTISME DAN MENJAGA EKOSISTEM KALIMANTAN SELATAN
DARI SUNGAI KE LAUT
FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA BANJARMASIN (FKMB) DI MALANG
MEMPROMOSIKAN EKSOTISME DAN MENJAGA EKOSISTEM KALIMANTAN SELATAN
DARI SUNGAI KE LAUT
Seringkali kita selalu mengkritik
kinerja pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan yang dirasakan kurang
berkembang atau gagal. Tidak terkecuali dalam menjaga kelestarian lingkungan
dan warisan kebudayaan baik berupa nilai dan materil, hampir tiap kali kita
menyalahkan pemerintah yang dinilai kurang mempedulikan keberadaan “permata”
tersebut. Padahal banyak hal positif
yang lebih bisa dilakukan daripada mencaci, yaitu tindakan sederhana namun
memiliki dampak besar untuk semua
lapisan masyarakat. Seperti program kerja Forum Komunikasi Mahasiswa
Banjarmasin (FKMB) domisili Malang dalam mempromosikan eksotisme dan menjaga
ekosistem banua kelahiran, Kalimantan Selatan lebih khusus dalam lingkup dari sungai
hingga kelautan. Kalimantan Selatan memiliki “permata” yang tidak hanya
dikonotasikan sebagai tempat penambangan intan-permata tersebut, tetapi juga
dalam arti tempat-tempat berpotensi untuk pariwisata.
Warisan budaya dan Pariwisata di Kalimantan Selatan

Hal
yang hampir serupa terjadi di tempat pariwisata bawah laut Pantai Angsana, yang
terletak di Kabupaten Tanah Bumbu. Keistimewaan tempat ini adalah terdapat
empat belas spot snorkeling yang memiliki keindahan serupa Bunaken. Seperti
yang dikatakan Eko Prio Raharjo Shandy, S.Pi sebagai Penyuluh Bidang Kelautan
dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa karakteristik terumbu karang
di Angsana memiliki keunikan tersendiri dengan polyp karang yang berkuantitas
tinggi. Selain itu biota laut seperti lobster menjadi keutamaan dari tempat
ini. Namun sayangnya Pantai Angsana sekarang dihadapkan dengan beberapa permasalahan
yang mengganggu kualitas wisata dan kuantitas wisatawan yang berkunjung ke
bunaken-nya Kalimatan Selatan.
Adapun
beberapa problematika tersebut adalah data yang masih kurang dan kondisi terumbu karang di Kabupaten Tanah
Bumbu yang sangat bervariasi dari
kritis (rusak berat) rusak ringan, baik bahkan sampai baik sekali.
Umumnya terumbu karang yang muncul ke atas permukaan laut, tergolong
kondisi kritis, hal ini diduga karena pada saat air berada pada surut terendah
(musim tertentu). karena pada
saat air laut berada pada pasang surut terendah permukaan gugusan karang hanya
mencapai 2 – 3 m, hal ini mengakibatkan seringnya tertabrak kapal hingga di
daerah ini banyak ditemukan rubble (pecahan/patahan) karang. Selain
tertabrak kapal, juga terkena pendorong perahu/kapal, jangkar, atau bahkan
terkena tendangan roda kapal bagi karang-karang acropora dan aktifitas
pariwisata. Untuk itu, sangat diperlukan kehati-hatian dan kejelian bagi
para pengunjung dan nelayan lokal untuk menjaga kelestarian Angsana.

Wadah
lain yang mugkin masih belum dikenal publik terkait pariwisata kelautan di
Kalimantan Selatan adalah Pantai Sumber Gelap. Dimana terdapat penangkaran
penyu alami yang menjadi pemasukan utama masyarkat sekitar. Pantai Sumber Gelap
lokasinya terletak di Kabupaten Kotabaru, dan kondisinya akses informasi baik
itu radio, televisim dan internet lumayan susah untuk didapatkan. Selain itu
akses transportasi ke tempat wisata ini masih sangat minim dan sulit, karena
harus menggunakan kapal selama 5 jam untuk menyeberangi laut dan 3 jam melewati
darat.
Kontribusi Forum Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin (FKMB)
Forum
Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin tidak hanya perkumpulan biasa dari
mahasiswa-mahasiswa perantauan, karena dari organisasi ini yang berlandaskan
semangat kekeluargaan dan nilai kearifan lokal suku Banjar, status sebagai
anggota dan mahasiswa dituntut untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan
tempat kelahiran yaitu Kalimantan Selatan.

Untuk
mengawal proses restrukturisasi habit
masyarakat, FKMB melaksanakan program bersih-bersih sekitar sungai mengajak masyarakat yang berhadir di Pasar
Terapung. Hal ini sangat rasional dilaksanakan karena bertepatan dengan Car
Free Day sehingga lebih banyak yang
berpartisipasi dan jalan sekitaran sungai
sangat lapang. Selain itu juga terdapat pembagian brosur untuk menjaga
kebersihan dan bahasa Inggris yang sering digunakan dalam proses tawar menawar
harga barang untuk memudahkan penjual dan wisata asing berkomunikasi. Pepatah
“Kota seribu satu sungai” untuk Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan,
bukan sekedar istilah belaka. Karena itu merupaka suatu konstruksi dari pola
kehidupan suku Banjar yang berorientasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya di
sekitar sungai, oleh karena itu patut dijaga bersama-sama pula.
Sedangkan
untuk lokasi Pantai Angsana, FKMB melaksanakan Angsana Save Coral Trip and Lobster Trappy. Kegiatan berupa
transplatasi terumbu karang dan proses penangkaran lobster. Dalam hal ini
terjadi revitalisasi peran lembaga non-pemerintah, dalam artian meningkatkan
intensitas dan kualitas kolaborasi yang produktif. Bekerjasama dengan Backpaker
and Traveler Banjarmasin dan LSM Penyuluhan Peduli Perikanan dan Kelautan DPC
Provinsi Kalimantan Selatan, program ini juga mampu menyerap perhatian
masyrakat lokal untuk lebih peduli dalam menjaga kelestarian keindahan terumbu
karang di Pantai Angsana.
Hasil
dari Obrolan Yang Inspiratif (OYI) tidak hanya tentang mengidentifikasi
permasalahan, tetapi juga merumuskan rekomendasi kepada para stakeholders terkait khususnya
pemerintah kota/kabupaten dan provinsi. Karya
dari diskusi bulanan tersebut dibantu publikasinya melalui Banjarmasin Post
sebagai media partner program-program FKMB. Adapun beberapa rekomendasi
seringkali mengarah pada penyediaan jalur transportasi yang nyaman dan aman.
Ditambah lagi fasilitas-fasilitas umum yang menunjang masyarakat lokal dalam menjaga
kelestarian warisan budaya dan pariwisata kelautan di lokasi wisata.
Pada
dasarnya, semangat kontributif yang menjadi prinsip FKMB adalah “kayuh baimbai, gawi sabumi, haram manyarah,
sampai manuntung.” Yang bermakna dayung bersama untuk kerjasama dan
kolaborasi, kerjakan sebumi untuk kinerja yang luwes dan menyeluruh, haram
manyarah untuk pantang menyerah, serta sampai manuntung yang berarti hingga
tercapainya tujuan. Jargon tersebut menjadi pengisi jiwa disetiap kali
pelaksanaan program kerja kepengurusan FKMB yang kontributif, dengan harapa
dapat membawa hasil serta nilai positif bagi kehidupan masyarakat. Dan
tentunya, bagi pelestarian warisan budaya dan pariwisata kelautan di Kalimantan
Selatan.
Thanks to @visitkalsel, @ , Mas Eko DPC IPKANI (Gempita),
Dan tentunya SANAK FKMB TERCINTA ulalalala :D
Alhamdulillah
Alhamdulillah
0 Komentar